Kaos dan perlengkapan pemanjatan

Selesai pengajaran safety tower climbing Excelcomindo di Berastagi. Saya, Ali dan Didin singgah di kantor event organizer Corssa kota Medan.   Kami bertemu banyak rekan penggiat, sehari semalam kami bertahan. Merencanakan perjalanan pemanjatan di beberapa tebing Sumut dan Sumbar. Tim Corrsa melibatkan diri untuk mensukseskan perjalanan pemanjatan tersebut. Besok sorenya kami  menuju Bukit Tinggi menggunakan bis. Perjalanan panjang kami tempuh, menghabiskan waktu delapan belas jam.  Kejenuhan pun kami rasakan. Bis singgah beberapa kali, kami manfaatkan untuk meluruskan badan dan  makan. Perjalanan yang melelahkan, meski hanya duduk dan tidur di kursi.



Rumah saudaranya Ali
Memasuki Provinsi Sumbar pemandangan sangat indah, tapi tak ternikmati betul oleh kami.  Jalan berkelok-kelok membuat kepala menjadi pusing dan perut terasa mual. Kami sadari telah mabuk perjalanan.  (Bisa mabuk juga yah kami...lol). Menjelang sore kami tiba di Bukit Tinggi. Tak lama menunggu di terminal, kami di jemput saudara Ali. Dalam perjalanan menuju rumah, kami sempatkan belanja perbekalan untuk pemanjatan nanti. Sore itu lalu-lintas terasa ramai, ada apa ya?. hmm..ternyata kebiasaan orang sana sebelum memasuki bulan puasa. Tradisi "Balimau" di sebutnya, atau mensucikan diri menjelang bulan suci Ramadan di Sumatera Barat. Tradisi ini membawa ribuan pemeluk Islam di berbagai kota di Sumbar menggelar mandi bersama di tempat terbuka. Sayangnya kami tidak bisa ikut tradisi tersebut. Ba'da maghrib kami  bersiap menuju surau, berjamaah isya dan tarawih. Alhamdulillah malam itu surau dipenuhi jamaah.   


Tebing mulus di belakang pondok pemanjat
Hari pertama puasa, pagi sekali tiba di Lembah Harau diantar saudara.    Lalu-lintas masih sepi, perjalanan menempuh waktu empat puluh lima menit dari Bukit Tinggi. Sesampainya di sana, kami bergegas menemui ka Ati, minta ijin untuk menginap di pondok pemanjat. Rumah beliau di tingkat dua dijadikan pondok pemanjat. Ka Ati punya warung makan, jd selama memanjat, para pemanjat biasaya sekalian pesan makan ke beliau. Pondok pemanjat keberadaannya sangat membantu. Operasionalnya di tanggung dari sumbangan para pendatang. 


Orientasi medan pemanjatan
Menjelang siang kami mengikuti jalan seputar tebing, orientasi medan untuk merencanakan pemanjatan besok hari. Lama juga kami berjalan, masuk tengah hari kami beristirahat. Weh, jalan-jalan membuat kami kelelahan, maklum puasa pertama. Sore hari aku sempatkan pergi ke Payakumbuh. Berdesak-desakan di pasar "pabukoan" (pasar ramadhan yang menjual segala makanan dan minuman untuk berbuka). Tersedia aneka makanan dan minuman yang membangkitkan selera berbuka. hmmm...nama-nama masakan dan minuman tersebut asing bagi saya, tapi tetap saja saya beli untuk di santap saat berbuka tiba. menjelang berbuka aku kembali ke pondok pemanjat. Ali dan Didin sudah bangun rupanya. "Mawa naon euy ?", tanya Didin. "Dahareun" jawab saya. "Pas pisan, kedeung duei buka", Didin membalas. "Nya, hade pan" jawab saya. Tak lama ngobrol, suara azan berkumandang. Tanpa pikir panjang, kami santap makanan buah tangan dari pasar "pabukoan" berjamaah. Alhamdulillah hari pertama puasa sukses kami tunaikan.



Didin merintis jalur 
Hari kedua, agak siang kami mulai memanjat, persis didepan warung ka Ati tebing yang kami panjat. Didin jadi perintis jalur, Ali mengamankan, sedang aku mendukomentasikan. Didin mencapai tahap satu, kemudian di ganti oleh Ali menuju tahap dua. Menuju  tahap satu dan dua mengikuti celah lebar. Tidak mudah memasang pengaman yang berkualitas bagus. Pemanjatan kami lakukan dengan tidak melakukan kesalahan apalagi sampai terjatuh, mengingat pengaman yang terpasang tidak terlalu bagus. Satu-persatu menggapai ke tahap  dua, kami semua berkumpul tuk beristirahat dan mempersiapkan pemanjatan menuju tahap tiga. terik matahari sangat menyengat, merontokkan semangat kami untuk terus memanjat. Saya meneruskan ke tahap tiga. Selama memanjat, panas makin menyengat. Sengatannya terasa sekali di badan, apalagi  kaki saya terasa panas terbungkus sepatu panjat yang sempit. Cepat-cepat aku memanjat ke arah kanan. Berteduh di rimbunnya pohon liar. hampir sejam saya beristirahat, komunikasi ke tahap dua masih jelas. "Kunaon euy?". tanya Ali. "Edan ngaheuap  euy", jawab saya. "Kumaha, sigana moal baleug mun di lanjut" tambah saya. Saya kembali ke tahap dua, sabil beristirahat kami putuskan untuk turun dan menghentikan pemanjatan. Ali orang terakhir  turun. Sore kami sudah kumpul didasar tebing. Alhamdulillah tidak ada masalah berarti. Tak lama, muncul dua orang mendatangi kami, ternyata teman Didin pemanjat dari Pekan Baru, Suri dan temannya. 


Urat kehidupan Lembah Harau
Kami sangat kelelahan, jalan menuju pondok pemanjat terasa lama. Tenggorokan kering nian, tapi kami terus bertahan puasa. Setelah istirahat di pondok dan beres menata alat. Kami menuju sungai di belakang pondok. Membersihkan diri di segarnya air jernih yang mengalir tidak deras. Sungai yang dangkal,  sesekali terlihat selieweran ikan-ikan kecil. Tidak puas dengan air yang di siramkan ke badan, kami memaksakan diri untuk merendamkan badan di arus air yang terus memberikan kesegaran. Menjelang maghrib kami kembali ke pondok pemanjat. Bersiap menyambut waktu berbuka puasa. Azan berkumandang, ka Ati mengajak kami untuk buka bersama keluarganya. Terasa nikmat sekali air yang diteguk, membunuh dahaga. Makanan yang disajikan begitu menggoda, dengan lahap aku santap menu yang tersaji.



Jalur panjat bebas di depan pondok pemanjat
Hari ketiga kami memanjat di beberapa jalur panjat bebas dan sempat menambah jalur panjat bebas satu jalur. Sayang kami tidak sempat memanjat di jalur tersohor, Liang Limbe dan jalur  yang di buat oleh pemanjat Australia dengan tingkat kesulitan tinggi. Hari itu kami di temani Dasril, Suri dan temannya. Tak terasa hampir sehari penuh kami memanjat. Sebelum pulang Dasril kebagian kaos SS, oleh-oleh dari Bandung. Sedangkan Suri dan temannya tetap menemani kami. Mereka kebagian kaos kegiatan Ramadhan Sumatra Climbing Tours 2006. Tenaga  sudah terkuras, tenggorokan kering kerontang, akhirnya selepas ashar kami kembali ke pondok pemanjat. Beristirahat dan menata kembali alat pemanjatan yang sudah terpakai. Sebelum azan maghrib, kami sempatkan ke sungai belakang pondok. Membersihkan badan dengan air segar alami. Buka puasa kami pun bersama keluarga ka Ati. Malam terakhir di Lembah Harau. Ingin rasanya berlama-lama tinggal..hmmm..semoga nanti bisa kembali ke Lembah Harau, mencicipi jalur-jalur lainnya.

Sebelum meninggalkan Lembah Harau - ka Ati & anak