Selasa, 30 November 2010

Etika Panjat Tebing

1. Menghormati Adat Istiadat Masyarakat Setempat
2. Tidak Mencemari Sumber Air Penduduk Setempat
3. Tidak Melakukan Tindakan Yang Menyebabkan Erosi
4. Tidak Mengganggu Tanaman Dan Satwa Penduduk
5. Membatasi Sedikit Mungkin Penggunaan Kapur Magnesium
6. Membatasi Pemakaian Pengaman Bor, Dan Harus Dipertanggung jawabkan
7. Tidak Diperbolehkan Menambah Pengaman Pada Jalur Yang Sudah Ada, Dengan Tujuan Untuk Mengurangi Tingkat Kesulitan
8. Diperbolehkan Mengabaikan Pengaman Yang Ada Pada Jalur Pemanjatan Dengan Tujuan Untuk Meningkatkan Tingkat Kesulitan
9. Tidak Melepas Pengaman Yang Terpasang Pada Jalur Pemanjatan
10. Jika Jalur Baru Belum Selesai Dibuat, Harus Diberi Tanda Yang Jelas
11. Jika Jalur Baru Akan Diselesaikan Oleh Orang Lain Harus Seijin Pembuat Jalur Pertama
12. Apabila Ada Pemanjatan Pada Satu Jalur maka Sebaiknya Tidak Ada Pemanjat Lain Pada Jalur Tersebut

Read More......

Karst Citatah

Depan Jalur Pasar
Berlangsung di tahun 1996 Tebing Pabeasan (tebing 125, pemanjat) Citatah Padalarang, tempat mengasah kemampuan keterampilan memanjat dan pemasangan pengaman. Tebing pertama yang di gapai, jalur Rock and Roll dipanjat. Seru sekali, pegal pun dihiraukan dan tak terasa sudah ke lima kalinya menjajal jalur tsb.
Selesai Sekolah Skygers ankatan 13-Gn. Parang 1998, tebing 125 selalu dijadikan tempat tuk meningkatkan kemampun. Di jalur Market semua pengaman dengan mudah di dapat, menambah hasrat tuk terus berlatih. Bersama teman mulai memanjati setiap jengkal permukaan tebing, memasang segala pengaman yang bergelantungan di badan, memanjat dan terus bergerak melawan gravitasi. Awal peristirahatan adalah di gua, 20 meter dari dasar.

Chimneying
Sejenak  santai sembari menata pengaman yang aka di pakai, di selingi canda tawa membuat hilang cape yang di rasa. Dari goa kita melanjutkan pemanjatan, kami memanjat lorong / celah besar dengan teknik chimneying yang berbeda dengan pemanjatan biasa dilakukan. Ketinggian lorong sekitar 10 meter, lumayan menguras tenaga dan lebih tegang.

Teras untuk istirahat berasa pas di ujung lorong,  bisa menampung 5 - 8 orang duduk dan berdiri. Sebelum melanjutkan pemanjatan, seperti biasanya kami menata kembali alat panjat yang akan digunakan untuk pengaman lintasan pemanjaatan. lintasan pemanjatan selanjutnya cukup mudah, kami tidak menggunakan keterampilan memanjat seperti sebelumnya kami lakukan. Disepanjang jalur pemanjatan bisa kami liat vegetasi yang bisa membantu proses memanjat untuk pegangan maupun pijakan.

Jalur Laba-laba dan Sisi kanan
Menuju permukaan vertical sebelum puncak, kami melalui iglo, goa dengan lorong sebesar badan orang dewasa, cuma bisa menampung 8 - 10 orang di dalamnya. Setelah iglo sedikit lebih atas, ada teras cukup lebar. Kami bisa santai sambil  orientasi jalur pemanjatan ke puncak. Ada tiga pilihan pengambilan jalur ke puncak, sisi kiri, tengan dan kanan. Sisi kiri dan kanan relatif mudah, baik untuk pemasangan pengaman maupun proses pemanjatan. Sedang jalur tengah, biasa disebut jalur laba-laba. Memiliki tingkat kesulitan yang lumayan, pemasangan pengaman sukar mendapatkan kualitas baik dan dibutuhkan kemapuan memanjat yang baik pula. Kami putuskan untuk mengambil sisi kanan, untuk mempercepat proses pencapaian puncak.

Menempel di tebing, begerak perlahan dan penuh hati-hati, satu persatu pengaman di pasang. Sehabisnya tali karmantel kami menambat, dilanjutkan pemanjatan yang dilakukan oleh orang berikutnya sampai orang terakhir yang melepaskan kembali pengaman yang dipasang oleh pemanjat pertama. Setelah alat terkumpul, pemanjat pertama (leader) melanjutkan pemanjatan dan menggapai puncak. Akhirnya semua sampai puncak, butuh waktu 4 jam pemanjatan ke puncak.

Sebelum turun, kami tata kembali alat yang kami bawa. Beban alat dibagi, setiap orang kebagian alat untuk dibawa turun. jalur turun menggunakan jalan setapak di belakang tebing, sisi kiri dilihat dari arah menghadap tebing. Memasuki jalur turun yang miring, vegetasi menjadi pegangan untuk tidak terjatuh. Kalau sampai kejadian, kita seperti bola yang menggelundung ke bawah. Babak belur pastinya dibuatnya.


Motto yang selalu memacu adrenalin

Read More......

Sekolah Panjat Tebing SKYGERS Indonesia

Dok. Skygers
Gerbang semua petualangan di keterjalan.
Tahun 1998 Skygers menyelenggarakan Sekolah Angkatan ke-13. Kegiatan dilaksanakan  di kawasan Gn.Parang, Purwakarta Jawa Barat. Program sekolah yang di buka Dasar & Lanjutan (satu paket). hmm..saat itu biaya sekolah sangat terjangkau, Rp. 200.000.-. Saat moneter menyerang negeri, tp biaya sekolah Skygers malah bertahan dengan nominal tsb. Hmm..tidak ada pengurangan kualitas pengajaran sekolah, sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Semua instruktur terlibat dalam segala urusan dari materi sampai dengan urusan dapur, ya semua dikerjakan sendiri dalam rangka menekan biaya.

Usia 17 tahun ikut sekolah, menjadi peserta termuda di angkatan tersebut. 
Peserta sekolah ada 68 orang, utusan dari berbagai daerah di Indonesia, atas nama pribadi maupun wakil dari berbagai organisasi penggiat alam bebas.

Hari pertama diisi dengan ketegangan sedari subuh menyapa hari.  Dalam benak saya tepikir pola pendidikan yang sama seperti dilakukan organisasi kepencita alaman. Hmm..ternyata jauh dari apa yang saya sangka. ketegangan pecah sudah, diisi dengan rasa penasaran akan materi yang disampaikan.
Gn.Parang - Dok.SKYGERS

Hari ke dua dan tiga sekolah berkutat seputar pengaman, alam dan buatan. Berulang dan terus mencoba, sampai kita paham benar dan bisa membedakan pengaman yang kuat, sedang dan tidak (emas, perak & perunggu).
Karakter batuan andesit menyulitkan pemasangan pengaman,  hampir tidak ada cacat tebing di gunung tsb. celah tebing sangat sedikit, kalaupun ada jangan bisa memasang pengaman berkualitas kuat. biasanya masuk level perak atau perunggu.

Memasuki hari ke ke empat (hari terakhir) seluruh peserta melakukan tahapan pemanjatan (multi pitch), rata-rata peserta di hinggapi rasa tegang, maklum masalah pengaman yang di pasang dan keterampilan memanjat yang terbatas. Kalau sampai jatuh, bakal babak belur digerus permukaan tebing yang kasar. Musibah itu dialami seorang teman, tapi masih batas luka yang wajar yang membuat dia berhati-hati dalam pemanjatan.

Selesai sekolah ada beban yang dirasakan. ya, ilmu yang kami dapat harus terus di asah, biar terus terekam dalam memori. Keputusanpun diambil untuk bergabung dengan alumni sekolah sampai saat ini, sampai kami tidak bisa memanjat lagi. semoga (ES, Skygers 13 Gn.Parang)

Informasi Sekolah Panjat Tebing SKYGERS Indonesia, kunjungi http://skygers.net/home.php

Read More......