AMKS - Demang Lehman |
Jum’at 02 april 2010. Dago, subuh sekitar pukul 04 alarm berbunyi, segera saya bangun, bergegas mandi, sholat dan seting barang bawaan di atas motor. Barang bawaan saya bagi dalam tiga tas ; ukuran besar, sedang dan kecil. Tas ukuran besar saya isi dengan pakaian, yang di ikat di atas jok bagian belakang. Tas ukuran sedang saya isi dengan peralatan elektronik, di sandang di depan dada-lumayan membantu menahan angin yang menerpa dada. Sedang tas ukuran kecil saya isi air minum dan makanan, di taruh lekukan bawah setang. Pukul 05.15 saya meninggalkan kota Bandung menuju Jogjakarta, menembus dinginnya pagi menuju bagian tengah Pulau Jawa melalui jalur selatan. Lalu-lintas masih lengang, sekali-kali perjalanan terhambat oleh kerumunan orang dan parkir kenderaan di bahu jalan saat melintas pasar tradisional.
Menjelang pukul 09 saya memasuki daerah Tasikmalaya, sekali-kali saya melihat ke takaran bensin - posisi jarum sudah di warna merah yang berarti sudah hampir habis. Dengan keyakinan saya melaju, saya perkirakan mengisi bensin di pom bensin pertigaan jalan arah ke pangandaran. Hmmm...ternyata meleset dari perkiraan, lima ratus meter sebelum pom bensin motor saya terhenti karena bensin sudah habis. Motor terpaksa didorong, terasa berat juga beban motor saya – bikin kaki terasa pegal. Sejauh seratus meter mendorong dan akhirnya terdapat kios menjual bensin. “Isi opat liter kang” saya berucap kepada penjual bensin. “Bade kamana?” tanya beliau. “Ka Jogja” saya menjawab. Setelah tangki diisi penuh, kemudian seting ulang bawaan dan segera melanjutkan perjalanan.
Menjelang pukul 09 saya memasuki daerah Tasikmalaya, sekali-kali saya melihat ke takaran bensin - posisi jarum sudah di warna merah yang berarti sudah hampir habis. Dengan keyakinan saya melaju, saya perkirakan mengisi bensin di pom bensin pertigaan jalan arah ke pangandaran. Hmmm...ternyata meleset dari perkiraan, lima ratus meter sebelum pom bensin motor saya terhenti karena bensin sudah habis. Motor terpaksa didorong, terasa berat juga beban motor saya – bikin kaki terasa pegal. Sejauh seratus meter mendorong dan akhirnya terdapat kios menjual bensin. “Isi opat liter kang” saya berucap kepada penjual bensin. “Bade kamana?” tanya beliau. “Ka Jogja” saya menjawab. Setelah tangki diisi penuh, kemudian seting ulang bawaan dan segera melanjutkan perjalanan.
![]() |
Nampang Dulu Ah |
![]() |
PK Bdg - Jumpalitan (Dok. Jumpalitan) |
Pandangan tak bosannya melihat marka jalan, menunjukkan arah Kota Jogja. Sebelum masuk perempatan tugu Jogja saya berhenti, jam menunjukkan pukul 14.45, coba kontak anak Parkour Bandung yang sedang latihan bareng sama teman-teman Jumpalitan (jogjakarta ubiquitous multitude parkour) . Ternyata teman-teman di jalan menuju Candi Prambanan, langsung saja saya menuju Candi. Setengah jam saya sudah sampai di kawasan Candi, di tempat parkir motor terlihat beberapa teman dan segera saya bergabung.