![]() |
Tampak Pulau Condong Di Belakang |
![]() |
Merintis Jalur |
Dini hari kami masuk kota Bandar Lampung, langsung menuju rumah salah satu teman penggiat alam bebas untuk istirahat. Fajar menyingsing terdengar bunyi orang mengetuk pintu kami, ada yang membuka pintu dan lainnya masih terlelap tidur. Ternyata orang yang mengetuk pintu kami, seorang Ibu yang membawakan sarapan untuk kami santap. Tak lama kemudian Ibu itu datang lagi dengan membawa gelas-gelas dengan dipenuhi seduhan kopi, kopi lampung yang khas tercium dari aromanya.
hmmm..terasa nikmat pagi itu. Menjelang siang kami berkumpul diteras, satu persatu teman-teman penggiat berdatangan. Canda tawa mewarnai suasana obrolan pagi, ada kangen yang terobati saat bertemu teman-teman lama. Ada keinginan untuk terus bersama mereka. Sepanjang hari kami hanya ngobrol, berbagi kisah dan perkembangan aktivitas luar luang.
![]() |
Pemasangan Lintasan |
Siang keesokan harinya, kami di temani salah seorang penggiat menuju tebing Onta. Sesampai di lokasi kami sempat kaget, ada aktivitas penambangan batu. Wah, ternyata tebing tsb sudah di miliki seseorang dan penduduk sekitar boleh menambang dengan syarat bagi hasil. Tak lama larut kesedihan akan habisnya tempat kami bermain. Kami segera menyiapkan alat, pemanasan dan melakukan pemanjatan dengan teknik free climbing (pengaman berfungsi saat pemanjat terjatuh). Seru jalurnya, celah-celah panjang seperti garis vertical (lurus). Cukup menguras tenaga dan membutuhkan kesimbangan yang baik. Dua jalur kami panjat, dengan penuh hati-hati berpegang & berpijak, karena karakter batuannya rapuh. Terkadang ada batu-batu kecil yang berjatuhan, akibat dari getaran yang berasal dari proses pengeboran batu para penambang. Tinggi tebing sekitar 60 meter, kami hanya memanjat sekita 20an meter.
![]() |
Pemanjat Beraksi |
Beranjak sore kami pindah tebing, tebing berikutnya yang akan kami panjat tebing Dharma Wiyata. Sekitar 45 menit dari tebing Onta. Tinggi tebing sekitar 20 meter, berada di belakang rumah penduduk. Dasar tebing tergenang air, kami parkirkan mobil rapat ke bibir tebing dan memulai pemanjatan dari atap mobil. Pemanjatan di lakukan pada jalur panjat bebas yang sudah ada, terus di langsungkan ke puncak dan memasang tali karnmantel di sisi kanan jalur yang baru di panjat. Tali tersebut sebagai sebagai lintasan untuk dititi, rencana untuk proses dokumentasi pemanjatan dari sudut atas. Seorang teman, Yanto akan merekam jalannya pemanjatan. Tedi menjadi pemanjat utama dan Annas menjadi penambat. Setelah di rasa cukup, kami pun menata kembali peralatan dan menuju tempat istirahat. Beberapa teman sudah ada di teras rumah saat kami tiba, sambil melepaskan penat kami berikan info seputar pemanjatan sepanjang hari.
Bertahan beberapa hari, kami sempatkan mengunjungi teman-teman dan menikmati pesona bawah laut di pesisir barat Provinsi Lampung. Peralatan skin diving kami peroleh dari temannya Doni seorang instruktur selam setempat. Tak terasa tiga jam kami main air, lemas dan perut terasa lapar. Kami isi dengan sajian hasil laut di salah satu warung murah meriah di kawasan tsb. Selepas maghrib kami menuju pulang, sesampainya di rumah teman di Bandar Lampung kami langsung menuju peraduan dan terlelap.
nah gambar yg ini bagus Bang, :)
BalasHapusserasa ikut manjat deh :P
Titik Lokasi nya donk bang, di bagian mana, :)
BalasHapus