Kamis, 17 Februari 2011

Asia Climbing Tour 2007 - Thailand "Kami Bukan Teroris"



Info Penerbangan Di Budget Terminal

Rabu 5 Desember 2007. Pukul 16.40 dari bandara Changi Singapura kami naik bis menuju Budget Terminal (bandara ke dua di singapura), memakan waktu  10 menit. Setelah sampai, kami segera mengurus bagasi terlihat di layar timbang kalau barang bawaan saya lebih 1 kg. Menurut aturan Tiger Airways berat barang bawaan setiap orang masuk bagasi tidak lebih dari 15 kg. Dengan sedikit alasan akhirnya kelebihan 1 kg tidak kena biaya tambahan. Urusan imigrasi keluar Singapur tidak ada masalah.
Sejenak santai di ruang tunggu. Sekitar pukul 20 kami masuk pesawat. Harusnya pesawat terbang pukul 20.15, karena ada satu keluarga yang terlambat mengurus bagasi membuat jadwal penerbangan mundur 15 menit. Dalam pesawat kami berkenalan dengan oarang Selandia Baru. Ngobrol banyak hal dan tahu kalau kami belum jelas tidur di mana, dia pun menawarkan tumpangan dan tidur di hotel yang sudah iya pesan. Akhirnya kami terima niat baik orang tersebut.

Pusat Kota Krabi
Pukul 21.30 kami mendarat di bandara Krabi, langusng antri urus imigrasi. Saat giliran kami, petugas imigrasi agak lama lihat pasport. hmm..ternyata kami bermasalah dan diminta ke meja petugas khusus pihak imigrasi. petugas tersebut menanyakan visa kami. Memang sebelumnya kami tidak urus visa, karena info yang kami dapatkan masuk negara Asia Tenggara tidak harus mengurus visa. Masalah terbesar bagi kami adalah nama lengkap Ali adalah Muhammad Ali Muhsin sama persis dengan pendatang dari Malaysia yang sedang dicari pihak berwenang Thailand karena pernah membuat gerakan yang dianggap membahayakan keamanan Thailand. Kami berusaha meyakinkan bahwa Ali ini bukan orang yang mereka cari. Ali mengeluarkan identitas ; KTP, KTM,  SIM (menunjukkan bukan orang malaysia) dan surat jalan dari SEACF lumayan membantu. Sialnya temen kami pemanjat Thailand yang tertera di surat jalan sebagai orang yang bakal dikunjungi tidak bisa dihubungi. Argumen terus terlontar dari kami, satu kalimat yang menguatkan alasan kami mengunjungi Thailand, "Kami datang ke sini hanya ingin memanjat , tidak ada maksud lainnya". Malam semakin larut, yang tersisa; saya, Ali, petugas imigrasi & bandara.  Beberapa petugas imigrasi ngobrol dengan bahasa lokal, kami tak mengerti apa yang mereka obrolkan.  Lumayan menunggu, akhirnya Ibu Kapten Wanlee Notong menghampiri, dia bersedia menjamin dan mempersilakan kami pergi - alhamdullillah.


Kamar Dan Gemerlap Lampu Kota Krabi
Di parkiran bandara kami tidak melihat angkutan umum dan taksi. Orang yang tadinya berniat memberi tumpangan tuk pergi bersama menuju hotel sudah pergi tanpa memberitahu kami - sepertinya ada ketakutan kepada kami atas kejadian di imigrasi. Sesaat berlaku, seorang Bapak menghampiri dengan mobil sedan, dia menawarkan jasa tuk antarkan kami.   "where you will go" tanya Bapak tersebut dengan dialek lokal. "Krabi Town" balas kami. Awalnya dia memasang tarif 300 baht (1 baht = 300 perak). Proses negosiasi terus berlangsung, akhirnya sepakat menuju Krabi dengan 250 baht.  Bapak mengemudikan dengan laju, lalu-lintas memang sepi, dalam 30 menit kami sampai pusat kota Krabi. Info yang kami dapat normalnya membutuhkan waktu 45 menit waktu tempuh bandara ke pusat kota Krabi. Memasuki pusat kota mobil berjalan lambat. "where your hotel" tanya Bapak. "We are not yet booking a hotel" balas kami. "Do you know where very cheap hotel" tanya kami.  "Oh, i know where is cheap-cheap hotel"  balas Bapak. Kemudian mobil mengitari beberapa ruas jalan dan di parkirkan didepan hotel Grand. Bapak langsung menemui pihak hotel lalu memberi isyarat kepada kami agar mengurus masalah kamar tidur.  Kami sewa 1 kamar untuk 2 orang dengan tarif 200 baht. "murah juga" kata kami. hmmm..yang namanya murah tetap ada konsekuensinya, kamar tidur kami ada di tingkat 6 dan tidak tersedia lift, kami melangkah di anak tangga yang sempit, fiuh...
Read More......