Minggu, 24 April 2011

Bersama Bebek Besi – Yogjakartahadiningrat

AMHSS - Amuk Hantarukung
Sabtu 03 April 2010 - hari pertama. Klebengan, terbangun dari tidur lelap di ruang dua kali tiga AMHSS – Amuk Hantarukung, terperanjat melihat penanda waktu – ternyata saya kesiangan. Kodisi badan tidak terlalu bugar karena kelelahan dari hasil perjalanan kemaren. Saya segera mempersiapkan diri dan bergegas menuju kost Andre di daerah rumah sakit Sargito untuk berkumpul bersama teman-teman parkour. Perjalanan dari asrama menuju kost cukup singkat, membutuhkan waktu lima menit. Tiba di kost Andre sudah terlihat beberapa teman-teman berkumpul siap beraktifitas, sisanya masih tunggu giliran untuk ke kamar mandi. Sambil menunggu semua siap, kami matangkan rencana perjalanan ke pantai Baron.

Sekitar pukul 10 kami mulai perjalanan, sepuluh motor dengan masing-masing dua orang disetiap motornya, berderet menuju pantai Baron. Pantai Baron terletak di Kabupaten Gunung Kidul, untuk mencapainya terlebih dahulu kita ke kota Wonosari - Ibukota Kabupaten Gunung Kidul yang terletak lebih kurang 40 kilometer dari kota Yogyakarta.

Menjadi Kuat Menjadi Lebih Berguna
Prasarana jalan yang menuju ke kota Wonosari ini cukup baik, dengan melintasi jalan berkelok - kelok naik dan turun, berikut pemandangan yang indah. Transport umum Yogyakarta - Wonosari berupa bus dan micro - bus tersedia dalam jumlah yang cukup.

Jarak antara Wonosari dengan pantai Baron lebih kurang 20 kilometer, dengan kondisi jalan yang beraspal, melintasi bukit bukit kapur yang terkenal dengan sebutan pegunungan seribu. Pantai Baron merupakan teluk yang diapit oleh dinding bukit yang hijau, dipenuhi oleh pohon kelapa. Teluk ini juga merupakan muara dari aliran sungai dibawah batu karang, yang airnya cukup jernih.
Bermain dan Berlatih
Pukul 12 kami tiba di pantai Baron. Menuju lepas pantai kami melewati beberpa warung makan dengan berbagai menu hasil laut. Saya dan beberapa teman singgah untuk makan. Teman-teman lainnya langsung ke lepas pantai untuk bermain air. Makan yang kami santap sangat terjangkau harganya, cukup mengeluarkan uang sepuluh ribu untuk seporsinya. Kami bermain sampai petang, pukul 19 kami kembali ke Yogja.


Minggu 04 April 2010 – hari kedua. Pukul 08 Kami kumpul di kost Andre dan berjalan kaki menuju rumah sakit Sargito untuk sarapan di warung kaki lima. Setengah jam berselang satu persatu teman-teman Jumpalitan datang dengan motor dan membawa kami menuju kampus UII Kaliurang untuk latihan bareng.

Latihan dan Tetap Diwarnai Candaan


Pukul 09 kami mulai latihan, lari satu putaran lingkar dalam kampus UII kemudian peregangan dan selanjutnya free jamming. Latihan makin ramai dengan kedatangan teman-teman parkour Solo (spartarun). Sesi pertama kami latihan di sekitar fakultas teknologi industri, sesi kedua kami latihan di depan laboratorium terpadu dan terakhir kami peregangan di depan gedung kemahasiswaan sambil mensosialisasikan tentang jambore nasional parkour ke dua yang akan diselenggarakan di Bandung.
Melepas Lelah Didepan Gd. Kemahasiswaan UII
Tengah hari suhu terasa panas, kami kembali ke kost untuk Istirahat. Sekitar dua jam kemudian melanjutkan cari oleh-oleh Yogja di seputaran jalan malioboro – Mirota Batik tempat kami memuaskan hasrat belanja. Beberapa teman dipusingkan dengan banyaknya pilihan barang-barang yang  dipajang. Lumayan lama kami memilih barang yang sesuai selera. Menjelang petang kami kembali ke kost untuk beres-beres barang. Malamnya Teman-teman parkour Bandung akan pulang dengan kereta malam.
Pedestrian Malioboro Depan Mirota Batik
Pukul 20 kami meniggalkan kost menuju stasiun Lempuyangan, ada yang naik motor dan sebaian lagi ikut bus  metro Yogja (angkutan khusus seperti trans jakarta). Di stasiun Lempuyangan kami berpisah, pukul 21.00 kereta berangkat membawa teman-teman ke Bandung, saya kembali ke asrama untuk bersiap melanjutkan perjalanan ke arah timur esok hari.

Senin 05 April 2010 – hari ke tiga. Pukul 07 saya meninggalkan asrama, melanjutkan perjalanan ke Kediri Jawa Timur – tepatnya ke Pare (kampung Inggris).    Kecepatan motor tidak seperti biasa, agak ngebut saya mengendaerai saat itu. memasuki kota Madiun di jalan aspal lurus tiba-tiba ban depan motor bocor, saya kaget dan sedikit dalam mengendalikan setang motor – memaksakan menepi dengan kondisi posisi motor ada di tengah jalan, klakson pengendera lain terasa berbunyi berurang-kali karna terganggu dengan cara mengendara saya yang memotong lintasan.

Alhamdulillah saya tidak celaka oleh peristiwa tersebut. Sesaat saya menghela nafas panjang lalu mendorong motor yang terasa berat – lumayan membuat keringat di badan. Tak jauh dari posisi saya berhenti ada sebuah bengkel tambal. Setelah di bongkar, ban dalam sobek lumayan besar, mas penambal ban menyarankan untuk diganti saja. Karena di bengkel tersebut tidak jual, saya harus menyeberang jalan manuju bengkel sekaligus dealer motor. Setelah ban saya dapatkan, mas penambal segera memasangkannya. “Ban motornya terlalu besar mas, bikin berat dan boros” si penambal berkata, “owh, gitu ya mas” saya membalas. Setelah beres saya lanjut lg tancap gas. Sekitar pukul 14 saya tiba di Pare dan beberapa kali salah jalan..lol..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar