Selasa, 21 Desember 2010

Ramadhan Sumatra Climbing Tours 2006 - Air Terjun Sigura-gura Asahan, Sumatra Utara

Olah raga tambahan selepas memanjat tebing
Sore hari kami meninggalkan tebing Simarsolpa. Lintasan menuju jalan utama becek & beberapa menjadi genangan air. Saat melintasi tanjakan berlumpur, salah satu mobil tidak bisa lewat. Mobil bak untuk membawa perlengkapan berkali-kali mencoba melintas, namun tetap saja gagal. Kami coba mendorong bersama-sama, tapi tetap saja gagal. Ali kemudian memberi saran. "Sebaiknya ada sebagian yang tetap mendorong dan sebagian lagi menarik mobil menggunakan tali", kata Ali. Di pandu dengan itungan satu dua dan tiga, kami bersama-sama mengeluarkan tenaga untuk melintaskan mobil melewati jalan yang berlumpur. Tak peduli lagi akan lumpur menempel di kaki yang sempat membuat beberapa orang terjerembab. Pergerakan pun terus di pandu dengan itungan.  Fiuh, akhirnya sukses juga usaha kami . Alhamdulillah. Selepas rehat dan bersihkan lumpur di kaki, kami kembali ke mobil masing-masing melanjutkan perjalanan.

Sejenak di pondok menikmati malam
Sejam meninggalkan Pematang Siantar, kami berbuka puasa sambil melaju menuju arah Asahan. Kami sempatkan singgah sebelum memasuki Danau Toba. Singgah di pondokan yang ada di bahu jalan. Memanjakan mata melihat pulau Onta dan gemerlap cahaya  lampu-lampu rumah penduduk. Setengah jam kami habiskan waktu bersantai dan bercanda. Kami kembali lanjutkan perjalanan. Melewati pintu masuk tempat wisata Danau Toba kami singgah di sebuah warung makan. Isi perut dengan makanan berat. Cukup lama hidangan tersaji, perut sudah terasa lapar. Buah pisang di santap meredam lapar yang menyerang.  Tetap menunggu, kami selingi dengan cerita-cerita seru. Satu persatu sajian di hidangkan, tak menunggu komando, kami pun segera menyantap hidangan di depan mata. Tak terasa sejam lebih kami di warung makan, dua batang rokok melengkapi kenikmatan setelah   bersantap. Tak ada lagi kegiatan yang mau kami lakukan, kecuali berisitirahat menikmati kembali perjalanan.

brrrr....terasa dinginnya


Menjelang tengah malam kami memasuki kawasan PLTA Asahan. Melewati rumah-rumah penduduk dan akhirnya perjalanan kami terhenti di rumah terakhir. Kami bertamu ke rumah Pa Siahaan. Segera kami menyampaikan maksud kedatangan kami. Di wakili Bang Marlon dari FPTI Pematang Siantar. Bang Marlon khsusuk bicara dengan bahasa Batak Karo, sebagian besar dari kami tidak mengerti isi pembicaraan. Kata Bang Marlon pada kami, inti bahasanya ijin ikut menginap dan akan memanjat tebing di air terjun. Kami pun memperkenalkan diri masing-masing. Setelah ngobrol sebentar, kantuk mulai menyerang. Masing-masing ambil posisi untuk mengistirahatkan diri. Tak lama  kami semua tertidur pulas.

Hari pertama, baberapa orang bangun pagi. Lainnya masih ada yang terlelap. Karena tidur larut malam, sahur pun terlewatkan. Pagi itu, beberapa orang melakukan aktivitas yang di inginkan. Memotret, survei ke air terjun dan mandi di derasnya aliran air terjun. Sejam selepas itu kami berkumpul di depan rumah. Menyiapkan perlengkapan pemanjatan. Menjelang siang kami baru memanjat. 


Melipir ke kiri mencari celah untuk memudahkan pemanjatan
Dingin…kata pertama keluar dari kami. Maklum kami memanjat persis di samping kanan kucuran air. Didin mencoba merintis jalur. Ali sebagai penambat. Dingin air makin menusuk. Didin tidak dapat melanjutkan merintis jalur. Saya kemudian menggantikan Didin, berusaha merintis jalur. Fiuh, pergerakan saya lamban sekali. Licin, mata perih dan dingin yang terus menusuk memudarkan hasrat untuk terus memanjat. Pengaman yang terpasang tidak terlalu bagus. Seringnya saya memasang pengaman pasak, meskipun hanya masuk setengahnya saja. Sedang pengaman sisip simetris dan sisip pegas hanya terpasang satu atau dua titik pengaman. Sesekali saya beristirahat, perut pun terasa lapar. Saya coba lagi menambah ketinggian, kadang menambah ketinggian dengan bantuan pegangan dan pijakan pada pengaman yang telah dipasang.     


Pemanjat kedua menuju tahapan satu
Di ketinggian belasan meter saya memasang dua pengaman permanen. Mengamankan diri, menambat untuk menaikkan pemanjat ke dua.  Di titik itumenjadi tahapan pemanjatan ke satu. Posisi saya sudah aman, segera memberi isyarat kepada Ali untuk mulai memanjat. Awalnya Ali memanjat bebas, kemudian masuk permukaan lurus Ali meniti tali yang sudah saya siapkan. Menuju tahap satu. Selain memanjat, Ali juga bertugas melepaskan pengaman yang sudah saya pasang. Di mana akan di pergunakan lagi untuk pemasangan pada pemanjatan selanjutnya. Sesampainya di tahap satu. Ali beristirahat sambil melepaskan pengaman jalan dan menggantungkan di pengaman permanen. Sejenak kami berbincang. Melihat perubahan curah air terjun yang semakin besar, kami memutuskan untuk turun menghentikan pemanjatan. Ali orang pertama turun, saya menyusul setelah menata sistem untuk turun. Setelah sampai dasar. Ternyata benar dugaan kami, curah air terjun semakin besar lagi. Kami pun segera melipir ke area yang lebih aman, agar terhindar dari terjangan air dan kejatuhan benda-benda yang terbawa oleh arus air. Terasa sekali oleh kami, mata semakin perih dan tubuh pun makin menggigil, tapi kami terus bertahan untuk puasa. Melangkah lamban, kami menuju rumah Pa Siahaan. Sampai rumah, segera kami ganti pakaian dan mengistirahatkan diri. Berebah, kemudian menuju alam mimpi. Menjelang sore kami terbangun, segera kami bereskan perlengkapan. Kami sempatkan bereskan isi rumah yang telah kami buat berantakan. Setelah pamit ke Pa Siahaan, kami bergerak pulang menuju Medan.

Tidak ada komentar: