Kamis, 16 Desember 2010

Ramadhan Sumatra Climbing Tours 2006 - Simarsolpa Pematang Siantar, Sumatra Utara


Siporok -  menjadi rawan bila turun hujan 
Selepas juhur bis meninggalkan terminal Bukit Tinggi melaju menuju Medan. Duduk santai dalam bis, melalui jalan berkelok-kelok. Alhamdulillah tidak memusingkan kepala, seperti perjalanan sebelumnya. Menjelang petang bis singgah di warung makan, memberi kesempatan pada penumpang untuk istirahat, meluruskan badan dan isi perut. Sejam berlalu, bis berangkat kembali dengen kecepatan sedang. Dua jam meninggalkan warung, bis  mulai melambat dan berhenti. "Ada apa pir", tanya seorang penumpang. Macet, "masuk jalan rusak"  kata sopir. "Daerah mana ini", tanya saya. "Sipirok" jawab sopir. Duduk di kursi dan kembali

Tebing yang akan di gapai sang jari
tertidur. Sekitar pkl 24.00 aku terjaga. Bertanya dan mendapatkan informasi yang sama. Ternyata masih terjebak di Sipirok. Kantuk kembali menyerang, saya pejamkan mata untuk melanjutkan mimpi. Sahur-sahur-sahur, terdengar suara di bis, kami terbangun dan bersahur dengan roti yang tersisa. Tidak terdengar bunyi mesin bis, saya melihat ke arah luar bis. Tampak lampu-lampu dari kenderaan lain yang berjajar. saya keluar dari bis, memastikan apa yang terjadi. Berjalan perlahan dan penuh hati-hati di atas tanah yang becek menuju arah depan bis. Wew,  sebuah bis terperosok cukup dalam. Belum tampak ada pergerakan dari orang-orang untuk mendorong bis yang terperosok. Sekitar pkl.08  sekelompok orang mulai mengatur lajur yang aman untuk di lalui,
sebagian lagi membantu bis yang terperosok. Satu persatu kenderaan berhasil melewati lajur becek sepanjaang 200 meter. Begitu pun bis yang kami tumpangi. Dua belas jam terjebak di Sipirok, mantaaap.



Canda tawa sebelum tidur
Kami turun di Pematang Siantar sekitar pkl. 16 Tim Corssa Medan sore itu sudah menunggu di bahu jalan. Tanpa buang waktu lagi,  kami menuju tebing. Menjelang senja kami sampai di rumah salah seorang penduduk empunya kebun sawit. Kami minta ijin untuk mendirikan tenda di pekarangan rumah beliau. Sebentar saja kami mendirikan dua tenda. Azan tak terdengar, kami berbuka dengan petunjuk waktu. Setelah makan, kami ngobrol seputar pemanjatan di Lembah Harau. Asik ngobrol, tak terasa malam semakin larut. Sebelum terlelap, kami siapkan perlengkapan memanjat untuk besok hari.



Lintasan pemanjatan menuju tahap dua
Hari pertama, sebelum merintis jalur menuju puncak kami memasangkan jalur "top rope" untuk latihan panjat teman-teman Corssa dan FPTI Pematang Siantar. Ali perintis jalur sampai tahap satu, sukses mengikuti celah lurus. Didin mengamankan Ali yang sedang merintis jalur. Menuju tahap dua Didin mengambil jalur lurus, membentang tali sekitar 10 meter. Didin mencoba mengarah ke kiri. Lumayan terasa perjuangan Didin untuk melanjutkan pemanjatan. Jalur yang di gapai terputus, nyaris tak ada cacat tebing. Terik matahari begitu menyengat, Didin tidak bergabung untuk melanjutkan pemanjatan. Didin turun dari tahap satu menuju dasar tebing.  Saya coba menggantikan Didin, berusaha melipir ke kanan. Cukup lama saya menggapai tahapan kedua, masuk ke rimbunnya vegetasi. Saya dan Ali bergantian merintis jalur.  Sampai tengah hari kami mencapai tahap lima. Posisi di ketinggian 150 meter dari dasar tebing. Lapar dan dahaga sangat terasa, tapi terus bertahan untuk berpuasa. sejam beristirahat, akhirnya kami putuskan untuk turun. Tidak menuntaskan pemanjatan sampai ke puncak. Kami turun lurus dari tahapan lima. Tahapan terakhir turun ke dasar tebing, kami masuk ke semak-semak. Cukup menyulitkan kami untuk melewatinya. Menjelang magrib kami berkumpul di tenda. Sebelum tidur kami menceritakan  proses pemanjatan tadi siang, kemudian evaluasi pemanjatan. Sebelum istirahat kami menyiapkan peralatan untuk hari kedua.

Pemasangan pengaman permanen untuk jalur panjat bebas
Hari kedua, kami tidak memanjat untuk ke puncak. Kami membuat jalur-jalur panjat bebas, tiga jalur kami buat dangan pengaman permanen. Pemasangan  pengaman permanen di bantu oleh rekan-rekan dari Corssa dan FPTI Pematang Siantar. Tingkat kesulitan beragam, dari 5.9 s/d 5.10. bergantian menjajal jalur-jalur yang di buat. Selepas juhur kami kembali ke tenda. Beres-beres perlengkapan dan tidak lupa pamitan kepada Bapak empunya kebun sawit.  Sore itu, kami menuju PLTA Asahan.

Foto keluarga : Skygers, Corssa, FPTI Pematang Siantar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar